SIFAT HAKIKAT MANUSIA
Sifat hakikat manusia adalah fitur-fitur yang karakteristik, yang secara prinsipal membedakan manusia dengan hewan. Wujud-wujud sifat hakekat manusia (karakteristik) yaitu:
Kemampuan menyadari diri . Berkat kemampuan menyadari diri ini, manusia dapat membedakan antara dirinya dengan makhluk yang lain. Lebih dari itu manusia juga dapat membuat jarak dengan lingkungannya, dalam arti lingkungan bisa dijadikan obyek maupun subyek. Kedua hal tersebut haruslah berimbang dengan perkembangannya. Yang lebih istimewa, manusia dikaruniai kemampuan untuk membuat jarak dirinya sendiri, yang bisa menempatkan posisi manusia itu sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk menyempurnakan diri. Pendidikan dalam hal ini ditekankan pada pengembangan sosial dan aspek individualisme. kemampuan mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada manusia, dan memahami potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga manusia berkembang kearah kesempurnaan diri.
Kemampuan bereksistensi . Manusia tidak akan terus menerus terbelenggu dalam suatu ruang. Manusia perlu untuk menerobos ruang itu. Kemampuan menerobos ini bukan hanya terkait soal ruang tapi juga melibatkan waktu. Dengan begitu manusia lagi terbelenggu didalam ruang tersebut. Kemampuan menerobos ruang dan waktu itulah yang disebut dengan eksistensi. Kemampuan bereksistensi ini harus dibangun melalui pendidikan. pendidikan yang diberikan disini dimaksudkan agar peserta didik belajar dari pengalamannya dalam mangantisipasi suatu kondisi dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan, serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masa kanak-kanak.
Pemilikan kata hati . Kemapuan manusia untuk membuat suatu keputusan yang baik / benar maupun yang buruk / salah bagi manusia disebut kata hati. Usaha untuk mengubah kata hati yang tumpul manjadi kata hati yang tajam disebut pendidikan kata hati yang dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi dengan tujuan agar orang tidak hanya memiliki keberanian berbuat tanpa didasari oleh kata hati yang tajam.
Moral . Moral dapat diartikan sebagai perbuatan / etika yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan moral yang didasari dengan kata hati yang tajam akan bedampak baik bagi manusia dan dikatakan bermoral tinggi, tapi ketika keduanya tidak singkron (seimbang) maka dapat dikatakan manusia itu tidak bermoral .
Kemampuan bertanggung jawab . Keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan dapat disebut juga dengan tanggung jawab. Dalam tanggung jawab setiap sanksi atau klaim harus diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan. Pendidikan dalam hal ini yaitu melatih anak didik agar bisa berkonsekuensi dengan apa yang dia lakukan.
Rasa kebebasan (kemerdekaan ). Rasa bebas bisa berarti merdeka, tapi bebas disini adalah bebas dalam batasan kodrat manusia. Orang bisa merasa bebas jika ikatan yang membelenggua berubah menjadi ikatan yang menggerakkan. Pendidikan untuk melayani hal ini dimaksudkan untuk dibiasakan menginternalisasikan nilai-nilai atau aturan -aturan kedalam dirinya sehingga dapat dirasakan sebagai miliknya. Dengan demikian aturan-aturan tersebut tidak lagi diraskan sebagai suatu menghalangi ruang geraknya.
Kesiapan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak . Pada dasarnya hak merupakan sesuatu yan g masih kosong, artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada belum tentu seseorang itu mengetahuinya dan meskipun sudah tau belum tentu mau menggunakannya. Namun terlepas dari itu tetap ada pihak yang berkewajiban untuk siap memenuhinya . Dilihat dari segi ini wajib bukanlah 'ikatan' melainkan keniscayaan yang mewajibkan manusia tidak merdeka . mau tidak mau manusia harus menerimanya. Kemampuan menghayati kewajiban sebagai keniscayaan dapat tumbuh melalui suatu proses. Usaha untuk menumbuhkembangkan rasa wajib sebagai keniscayaan dapat ditempuh melalui pendidikan disiplin, karena dapat membangun anaka didiknya aga lebih mematuhi aturan-aturan yang telah dibuat.
Kemampuan menghayati kebahagiaan . Kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaannya sendiri secara faktual atau pada jaringan prosesnya maupun pada perasaan yang diakibatkannya, tetapi kebahagiaan terletak pada kemauan menghayati semuanya itu dengan keheninga jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut didalam jaringan atau ikatan tiga hal yaitu: pertama, usaha yaitu perjuangan terus menerus untuk mengatasi masalah hidup, yang kedua norma-norma, yaitu kaidah-kaidah hidup yang bersifat sosial dan mengikat, yang ketiga adalah takdir yaitu hasil sesuai atau tidak sesuai sesudah orang tersebut melakukan suatu usaha sampai batas kemampuan dan harus diterima dengan pasrah serta penuh syukur. dengan dimikian pendidikan memiliki peran penting dalam mencapai kebahagiaan, utamanya pendidikan keagamaan.
DIMENSI HAKEKAT MANUSIA
Dimensi individualitas . Setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangt daya tahan yang berbeda-beda. Dalam perkembangannya setiap orang memiliki sikap dan pilihan sendiri yang dipertanggungjawabkan sendiri, tanpa mengharap bantuan orang lain untuk ikut mempertanggungjawabkan. Sifat-sifat sebagaimana diatas yang secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa dibangun dengan pendidikan, benih-benih individualitas yang ada didalam dirinya tidak akan berkembang sehingga tidak memiliki kepribadian yang khas dan unik. Dalam pengembangan individualitas tidak dibenarkan bahwa pendidik memaksakan keinginannya kepada subyek didik. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subyek didik bagaimana cara mamperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri.
Dimensi Kesosi alan . Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak pada dorongan / keinginan yang kuat untuk bergaul sehingga setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya untuk saling berinteraksi, saling tolong menolong, serta menyadari dan mengahayati kemanusiaannya. Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat -sifat yang dikagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat-sifat yang tidak dicocokinya. Pendidikan yang dapat diberikan adalah rasa sosial yang tinggi, karena mengingat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain.
Dimensi Kesusilaan . Kesusilaan mencakup tentang etika dan etiket. Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila serta melaksanakannya. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai, yaitu kesadaran / pemahaman terhadap nilai dan kesanggupan melaksanakan nilai. Pendidikan kesusilaan rentangan yang luas penggarapannya mulai dari ranah kognitif yaitu dari mengetahui sampai kepada menginternalisasi nilai, sampai ranah afektif dari meyakini, meniati sampai ke siaga untuk melakukan. Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban disamping hak peserta didik. Hal ini sangat penting, karena ketimpangan antara keduanya akan mengganggu suasana hidup yang sehat.
Dimensi Keberagamaan . Beragama merupakan kebutuhan manusia, karena manusia adalah makhluk yang lemah dan membutuhkan tempat untuk bertopang. Manusia membutuhkan agama demi keselamatan hidupnya. Dalam hal ini orang tua adalah pendidik yang paling cocok, karena pendidikan agama adalah persoalan afektif dan kata hati. Pesan- pesan agama harus tersalur dari hati ke hati. Sedangkan untuk pengkajian agama secara massal dapat dimanfaatkan misalnya pendidikan agama disekolah-sekolah. Kiranya tidak cukup jika pendidikan agama ditempuh hanya melalui pendidikan formal, kegiatan didalam pendidikan non formal dan informal banyak yang dapat dimanfaatkan.
PENGEMBANGAN DIMENSI HAKEKAT MANUSIA
Pengembangan yang utuh . Dari segi wujud dimensinya. Yaitu keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, dimensi individualitas kesosialan dan keberagamaan, serta aspek kognitif afektif dan psikomotor. Semua itu harus dilakukan secara seimbang sehingga dapat diperoleh hasil yang baik. Dari segi pengembangan. Perkembangan ini mencakup baik yang bersifat horisontal yaitu menciptakan keseimbangan, maupun yang bersifat vertikal yaitu menciptakan ketinggian martabat manusia.
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakekat manusia yang utuh diartikan sebagai pendidikan / pembinaan terpadu terhadap dimensi hakekat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara laras.
Ekspansi yang tidak utuh . Ekspansi yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap atau dapat disebut juga pengembangan yang patologis.